PENDIDIKAN PESANTREN DITENGAH MASA PANDEMI

 


PENDIDIKAN PESANTREN DITENGAH MASA PANDEMI

 

 

Pendidikan pesantren adalah pendidikan keagamaan berasrama di mana para peserta ddik disebut santri. Mereka hidup dalam proses interaksi yang berlangsung secara terus menerus. Pesantren memiliki peran sebagai lembaga sosial dan penyiaran keagamaan, akan tetapi melihat kondisi saat ini, kualitas pembelajarannya mengalami kemerosotan yang disebabkan oleh berbagai faktor,  salah satunya yaitu adanya wabah COVID-19 yang terjadi pada awal  bulan maret sampai kini .

 Adanya wabah COVID-19 ini mengharuskan semua elemen pendidikan untuk beradaptasi dan tetap melanjutkan sisa pembelajaran walaupun proses pembelajarannya dengan pendidikan jarak jauh. Karena wabah COVID-19 ini, akhirnya banyak pesantren yang menghentikan sementara aktivitas pembelajarannya. Tapi setelah memasuki Era New Normal, masyarakat Indonesia kini mulai menjalani aktivitas seperti biasanya. Begitu juga dengan Pendidikan. Demi menjaga keselamatan dan kesehatan para santri, sejumlah Pesantren pun menerapkan sistem online atau virtual tanpa tatap muka langsung.

 

  Dalam era new normal ini, Pesantren yang melakukan pembelajaran tatap muka saat pandemi COVID-19 perlu mematuhi pedoman penyelenggaraan pembelajaran tatap muka dipesantren yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Agama dan tetap mematuhi protokol kesehatan. Dalam pedoman disebutkan bahwa pesantren perlu memperhatikan empat ketentuan utama penyelenggaraan pembelajaran tatap muka di pesantren saat pandemi COVID-19, yakni: (1) Membentuk gugus tugas percepatan penanganan COVID-19; (2) Memiliki fasilitas yang memenuhi protocol kesehatan; (3) Aman dari COVID-19, dibuktikan oleh surat keterangan dari gugus tugas percepatan penanganan COVID-19 atau pemerintah daerah setempat; (4) Pimpinan, pengelola, pendidik, dan peserta didik dalam kondisi sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan sehat dari fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat setempat.

 

             Dengan adanya panduan tersebut, akhirnya beberapa pesantren pun bisa menjalankan sistem pembelajaran mereka kembali walaupun ada beberapa peraturan pesantren yang di ubah karena hal tersebut. seperti jam pelajaran yang semulanya 9 jam pelajaran menjadi 7 jam pelajaran dalam sehari atau diadakannya olahraga pagi setiap hari agar para santri menjadi sehat, setiap melakukan kegiatan diwajibkan untuk memakai masker, membatasi kunjungan orang tua santri selama masa pandemic. Sementara protokol kesehatan yang perlu dipatuhi oleh setiap warga pesantren yang telah kembali untuk beraktivitas di pesantren adalah membersihkan ruangan dan lingkungan secara berkala dengan desinfektan, menyediakan sarana cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir di toilet, kelas, ruang pengajar, setiap kamar/asrama, aula, ruang makan dan tempat-tempat lain yang sering diakses.

 

Pesantren yang telah siap melakukan pembelajaran tatap muka kembali pada masa pandemi COVID-19, tentu saja sangat mengerti akan kemungkinan resiko terburuk yang akan dihadapi. Namun demikian, pembelajaran tatap muka dan menerima santri untuk kembali ke pesantren harus dilakukan oleh pesantren untuk mencapai visi dan misi pendidikan pesantren. Visi pesantren secara umum sebagai pusat pendidikan keagamaan Islam yang mampu melahirkan santri yang menguasai ilmu agama dan ilmu-ilmu lainnya sesuai ciri khas masing-masing pesantren, beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, serta menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa. Sementara misi pesantren pada umumnya adalah melaksanakan pendidikan keagamaan sesuai ciri khas masing-masing pesantren, membiasakan santri untuk beribadah wajib maupun sunnah, membiasakan membaca Alquran, membiasakan santri berzikir, membiasakan santri membaca dan mengkaji kitab-kitab keagamaan klasik di bawah bimbingan pengasuh pesantren.

 

            Di samping itu, titik tekan pendidikan pesantren bukan pada transformasi pengetahuan saja, melainkan pada pembentukan karakter dan pengetahuan keagamaan yang sudah diterima oleh santri melalui pembelajaran harus diinternalisasi dalam kehidupan keseharian santri di pesantren. Dalam konteks seperti itu, pendidikan pesantren dapat disebut sebagai pola pembelajaran dua puluh empat jam, pembelajaran bukan saja tatap muka di kelas, tetapi juga dalam aktivitas seharihari. Seluruh aktivitas santri adalah pembelaran dan pembiasaan ajaran agama Islam dalam lingkup kehidupan pesantren. Pembiasaan seperti itu dapat disebut sebagai living Islam atau Islam yang hidup yang dipraktikkan oleh warga pesantren. Penerapan pembelajaran living Islam  dalam bingkai nilai-nilai Islam dan nilai-nilai nasionalisme tidak bias dilatih melalui daring, tetapi harus langsung dipraktikkan melalui pengalaman di pesantren.

 

Semenjak terjadinya COVID-19 di Indonesia ini, pola pembelajaran dalam pesantren menggunakan sistem virtual atau daring. Namun dampak dari sistem pembelajaran daring ini, para  santri sekarang menjadi terabaikan. Praktik pembelajaran semacam itu juga tidak dapat ditunda hingga masa pandemi COVID-19 yang tidak ada kepastian kapan berakhir. Karena itulah pesantren memilih membuka kembali pembelajaran tatap muka di pesantren dengan memperhatikan ketentuan pembelajaran tatap muka yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan berupaya sekuat mungkin untuk menaati protocol kesehatan.

 

              Maka dari itu, sudah saatnya pemerintah memikirkan bagaimana caranya agar pendidikan karakter yang selama masa pandemi ini  terpaksa harus terabaikan. Jangan sampai hilangnya nilai-nilai pendidikan karakter juga bagian dari new normal. Sehingga nantinya kita tak lagi merasa aneh melihat generasi muda yang kehilangan karakter-karakter positif karena pendidikan kita akhirnya didominasi pembelajaran daring yang hanya mengedepankan transfer pengetahuan tanpa penanaman nilai-nilai akhlak yang baik. Hal ini dikarenakan pendidikan pesantren tidak hanya menerapkan pembelajaran yang bertujuan transformasi pengetahuan semata tetapi juga menerapkan pembelajaran praktik langsung atas pengetahuan yang sudah dan sedang diajarkan kepada para santri. Itulah yang sangat diperlukan bangsa ini untuk memperbaiki keadaannya sendiri yang sedang dilanda banyak masalah seperti sekarang ini.



By : Ikrima Fatimatuz Zahro Nawwawi
        Mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa Arab IPMAFA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa harus memuliakan tamu?

Sesuai waktu